Jangan Berkata Usaha Tidak Mengkhianati Hasil
Sejak dahulu kala orang kaya sudah ada di muka bumi ini. Contohnya: Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam dengan bala tentara dan istananya yang legendaris. Juga Qarun sang triliuner yang hidupnya berakhir tragis.
Kedua orang ini sama-sama super kaya. Yang membedakan antara keduanya adalah: Nabi Sulaiman namanya harum di dunia dan kelak di akhirat akan masuk surga. Sedangkan Qarun, di dunia, ia dan seluruh hartanya dibenamkan oleh Allah ke perut bumi dan kelak bakal dijebloskan ke neraka. Apa yang membuat Qarun bernasib tragis, dan apa yang membuat Nabi Sulaiman namanya begitu harum?
Baca Juga: Dua Shalat Paling Berat Bagi Orang Munafik
Nabi Sulaiman dan Qarun berbeda dalam menyikapi siapa yang memberi karunia tersebut. Nabi Sulaiman dengan penuh keyakinan menyatakan bahwa semua karunia yang dimilikinya itu dari Allah Ta’ala semata. Kata beliau, “Ini adalah karunia dari Rabbku.” (QS. An-Naml[27]: 40)
Adapun Qarun, maka ia mengklaim bahwa kekayaannya itu semata-mata bersumber dari kecerdasannya dalam mengelola harta. Dia berkata, “Sesungguhnya harta ini kuperoleh semata-mata karena kepandaianku dalam berusaha.” (QS. Al-Qasas[28]: 78)
Memudahkan perkataan Usaha Tidak Mengkhianati Hasil adalah tidak tepat, karena yang menetukan hasil adalah Allah subhanahu wa ta'ala. Benar Allah menilai usaha, tetapi bagaimanapun yang menentukan hasil adalah Allah.
Ucapkan Insya Allah setiap yang berusaha akan ada hasilnya, karena kita berhusnudzon kepada Allah.
Baca Juga: Hasbunallah wa Ni’mal Wakiil
Kita sebagai seorang Muslim, tidak menjadikan usaha sebagai sebab mutlak suatu keberhasilan. Dalam pandangan seorang muslim, usaha adalah bagian dari tawakal, bukan tujuan dari tawakal.
