Hakikat & Tingkatan Khauf
Khauf adalah perasaan sakit atau cemasnya hati karena khawatir akan terjadinya sesuatu yang tidak disukai di masa depan.
Seorang yang paling takut kepada Allah adalah orang yang paling mengenali-Nya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,:
“Aku adalah orang yang paling mengenal Allah dan yang paling takut kepada-Nya.” (H.R. Bukhari). (Minhaj Al-Qashidin, 348).
Terdapat kata-kata yang mirip dengan takut (al-khauf), yaitu al-wajal, al-khasyah, ar-rahbah, dan al-haibah.
Al-Khasyah adalah al-khauf disertai dengan ilmu, inilah rasa takut yang dimiliki para ulama.
Ar-Rahbah adalah rasa sangat takut sehingga menjauh dari hal yang dikhawatirkannya.
Al-Wajal adalah goncang dan sempitnya hati terhadap seseorang yang ditakuti kekuasaan dan kekuatannya atau takut karena melihatnya.
Al-Haibah adalah takut yang disertai rasa pengagungan dan pemuliaan, karena dibersamai ilmu dan kecintaan.
Baca Juga: Hakikat & Manfaat Muqarabah
Tingkatan Rasa Takut
Rasa takut dapat dibagi menjadi dua jenis. Yang pertama adalah rasa takut kepada adzab Allah. Takut jenis ini dimiliki oleh kebanyakan manusia dan dapat diperoleh dengan beriman kepada surga dan neraka. Takut jenis ini akan melemah jika seorang hamba lalai atau imannya berkurang. Yang kedua, takut yang dimiliki oleh para ulama yang berilmu. Allah Ta’ala berfirman,
<{وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفْسَهُ}>
“Dan Allah memperingatkan kalian akan diri (siksa)-Nya.” (T.Q.S. Ali Imran : 28).
Dengan memahami konsekuensi sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah, akan muncul rasa takut yang penuh pengagungan kepada-Nya. Maka dari itu, para ulama memiliki rasa takut akan terhalang dari Allah. (Minhaj Al-Qashidin, 353).
Baca Juga: Jangan Engkau Menjadi Penolong Setan
Manfaat Memiliki Rasa Takut
Takut itu ibarat tali kekang dari Allah, tali yang berfungsi menggiring hamba untuk terbiasa dalam ilmu dan beramal agar mencapai kedekatan kepada Allah. Maka dari itu, rasa takut kepada Allah yang jujur akan menghalangi hamba dari melanggar batasan-batasan Allah.
Seandainya dia menerjangnya, timbullah rasa kecewa dan putus asa. Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa takut yang terpuji adalah takut yang menghalangimu dari batasan-batasan Allah. (Madarij As-Salikin, 393).
